PREDIKSI LAJU PENDANGKALAN DANAU LAUT TAWAR ACEH TENGAH


Saiful Adhar
Fakultas Pertanian Universitas Malikussaleh
Kampus Utama Reuleut – Aceh Utara
Phone : +628126957397

ABSTRAK
Salah satu permasalahan ekosistem Danau Laut Tawar adalah pendangkalan cekungan danau yang disebabkan oleh pengendapan sedimen di dasar danau. Sedimen merupakan produk erosi daerah tangkapan air. Luas total daerah tangkapan air sebesar 14.803,22 Ha memiliki lima klasifikasi tingkat bahaya erosi, yaitu (1) Sangat Ringan 406,97 Ha, (2) Ringan 2.299,51 Ha, (3) Sedang 218,72 Ha, (4) Berat 610,25 Ha, dan (5) Sangat Berat 11.267,77 Ha. Hasil sedimen proses erosi dianggap sebagai jumlah tanah yang masuk ke danau. Debit sedimen masuk (Qsin) sebanyak 433.826,91 ton/tahun dan debit sedimen keluar (Qsout) sebesar 13.537,67 ton/tahun, serta sedimen yang mengendap sebesar 420.289,24 ton/tahun. Laju pendangkalan sebesar 311.325,37 m3/tahun dengan asumsi bulk density tanah sedimen sebesar 1,35 g/cc. Laju pendangkalan dapat diminimalisir dengan mengurangi jumlah erosi daerah tangkapan air dengan memperluas areal vegetasi penutup dan menghindari terjadinya perubahan penggunaan lahan hutan.


Kata Kunci : danau, pendangkalan, erosi, daerah tangkapan air


PENDAHULUAN
Sebagaimana layaknya danau-danau di dunia, Danau Laut Tawar juga tak terlepas dari permasalahan yang mengarah kepada menurunnya kualitas lingkungan hidup. Masalah utama yang terjadi di ekosistem Danau Laut Tawar adalah (1) penyusutan debit air, (2) pendangkalan cekungan danau, (3) penurunan kualitas air, dan (4) hilangnya beberapa spesies endemik. Kajian ini dibatasi pada pembahasan permasalahan pendangkalan yang terjadi di Danau Laut Tawar.
Proses pendangkalan di cekungan Danau Laut Tawar diduga semakin meningkat dari tahun ke tahun, dengan dasar asumsi semakin menurunnya jumlah covercrop di daerah tangkapan air, sehingga mendorong kerusakan ekosistem Danau Laut Tawar. Pendangkalan disebabkan oleh sejumlah tanah berupa sedimen yang memenuhi dasar danau. Sedimen tersebut merupakan produk dari proses kejadian erosi pada daerah tangkapan air (water catchment area). Menurut Linsley et al (1989) erosi dipengaruhi oleh curah hujan, vegetasi penutup tanah, jenis tanah, dan kemiringan tanah.
Nilai erosi potensial daerah tangkapan air Danau Laut Tawar sangat tergantung pada nilai indeks panjang dan kemiringan tanah (LS), sedangkan nilai erosi actual tergantung nilai indeks panjang dan kemiringan tanah (LS) dan nilai indeks konservasi dan pengelolaan lahan (CP) (Adhar, 2008). Hal tersebut menunjukkan bahwa kedua jenis erosi tersebut sangat dipengaruhi oleh faktor kemiringan tanah.
Kemiringan tanah di atas 45% merupakan nilai kemiringan yang dominan diperoleh di daerah tangkapan air Danau Laut Tawar, dimana 44,62 persen dari total luas daerah tangkapan air berada pada kemiringan >45% (Adhar, 2008). Kemiringan lereng yang demikian diklasifikasikan pada kelas F yang merupakan kelas kemiringan tanah yang sangat curam pada bentuk lereng tunggal dan curam pada bentuk lereng berkelompok.
Kondisi demikian menunjukkan bahwa faktor topografi daerah tangkapan air Danau Laut Tawar berperan penting terhadap proses pendangkalan danau, dimana jika tidak dikelola secara ramah lingkungan dan mengikuti kaedah konservasi, terutama pengelolaan dan konservasi vegetasi penutup, maka akan mempercepat proses pendangkalan danau, karena semakin banyak sedimen yang terangkut ke dalam danau akibat semakin tinggi erosi yang terjadi.


DESKRIPSI WILAYAH

Danau Laut Tawar terletak di Kabupaten Aceh Tengah, merupakan danau terbesar di Nanggroe Aceh Darussalam dengan luas permukaan 57 Km2 yang berada pada ketinggian 1230 dpl terletak di sebelah timur kota Takengon. Danau tersebut memiliki daerah tangkapan air dengan luas 14.803,22 Ha yang terletak antara 960 48’ – 970 02’ BT dan 040 40’ – 40 32’ LU. Secara administrasi daerah tangkapan air tersebut berada pada wilayah Kecamatan Bebesan, Lut Tawar, Kebayakan, dan Bintang.
Kabupaten Aceh Tengah berbatasan dengan Kabupaten Bener Meriah di sebelah utara, Kabupaten Gayo Lues di sebelah selatan, Kabupaten Aceh Timur di sebelah timur, dan Kabupaten Nagan Raya dan Pidie sebelah barat. Luas wilayah Kabupaten Aceh Tengah 4.318,39 Km2  yang berada pada ketinggian 200 – 2.600 dpl dengan ibu kota Takengon (BPS Aceh Tengah, 2008).
Menurut Adhar (2008) Danau Laut Tawar mempunyai 42 daerah tangkapan air dengan luas total 14.803,22 Ha. Daerah tangkapan air terbesar adalah Nempan dengan luas 2.614,11 Ha yang merupakan 17,66 persen dari total luas seluruh daerah tangkapan air Danau Laut Tawar. Luas terkecil ditemui pada Daerah Tangkapan Air L yaitu sebesar 22,06 Ha (0,15%). Aliran air permanen yang mengalir sebagai inflow ke Danau Laut Tawar ditemui pada 12 DTA, yaitu Kebayakan, Bebesan, Gembirit, Nempan, Rawe, Kalang, Nosar, Mengaya, Bewang, Linung, Kalarengkih, dan Kalasegi. Aliran air outflow Danau Laut Tawar hanya melalui satu titik, yaitu aliran yang mengalir ke sungai Kr. Peusangan.

2.1. Kemiringan Lereng
Kemiringan lereng daerah tangkapan air Danau Laut Tawar mempunyai enam klasifikasi, berupa 0 – 3%, 3 – 8%, 8 – 15%, 15 – 25%, 25 – 45%, dan >45% (Adhar, 2008). Kemiringan lereng di atas 45% merupakan nilai kemiringan yang dominan diperoleh di daerah tangkapan air Danau Laut Tawar, dimana 44,62 persen dari total luas daerah tangkapan air berada pada kemiringan >45%. Data luas masing-masing lahan menurut kemiringan lereng disajikan pada Tabel 1.

Tabel 1 Luas klasifikasi kelerengan daerah tangkapan air Danau Laut Tawar
Kelas
Bentuk Lereng
Kemiringan
Luas
Tunggal
Kelompok
(%)
(ha)
A
Datar
Datar
0 - 3 %
1.598,24
B
Agak miring
Berombak
3 - 8 %
1.408,58
C
Miring
Bergelombang
8 – 15%
467,46
D
Agak curam
Agak berbukit
15 – 25 %
996,11
E
Curam
Berbukit
25 – 45 %
3.726,93
F
Sangat curam
Curam
> 45%
6.605,90
Sumber : Adhar (2008).

Tabel 1 menunjukkan bahwa kemiringan lereng terluas adalah kelas F dengan luasan 6.605,90 Ha, dan terkecil adalah kelas C dengan luasan 467,46 Ha. Panjang lereng di daerah tangkapan air Danau Laut Tawar berkisar antara 25 – 550 m, dan Indeks LS berkisar antara 0,16 – 65,48.

2.2. Penggunaan Lahan
Lahan pada daerah tangkapan air Danau Laut Tawar dimanfaatkan penduduk untuk pertanian, perkebunan, pegembalaan ternak, dan sebagian kecil lahan dipergunakan untuk pemukiman penduduk, selebihnya berupa hutan yang didominasi oleh tanaman pinus (Pinus merkusii).
Penggunaan lahan di daerah tangkapan air Danau Laut Tawar dibagi kepada lima jenis yaitu (1) hutan sebesar 62,5 persen, (2) persawahan sebesar 16,7 persen, (3) perkebunan sebesar 16,26 persen, (4) pemukiman sebesar 3,25 persen, dan (5) semak sebesar 1,29 persen. Nilai indeks pengelolaan tanaman dan konservasi tanah (CP) daerah tangkapan air Danau Laut Tawar berkisar antara 0.01 – 0.2 (Adhar, 2008). Luas masing-masing jenis penggunaan lahan ditampilkan pada Tabel 2.

            Tabel 2 Luas jenis penggunaan lahan di daerah tangkapan air Danau Laut Tawar
Penggunaan Lahan
Luas (ha)
Persentase (%)
Pemukiman penduduk
481,60
3,25
Hutan Sejenis
9.252,29
62,50
Persawahan
2.471,74
16,70
Perkebunan Kopi
2.406,99
16,26
Semak Belukar
190,60
1,29
Jumlah
14,803.22
100
               Sumber : Adhar (2008).

2.3. Jenis Tanah

                Jenis tanah di daerah tangkapan air Danau Laut Tawar terdiri dari 2 (dua) jenis, sebagian besar berupa Kompleks podsolik coklat dan sebagian kecil Latosol. Luas masing-masing jenis tanah disajikan pada Tabel 3.

Tabel 3 Jenis tanah daerah tangkapan air Danau Laut Tawar
Jenis Tanah
Luas (Ha)
% Luas
Komplek podsololik coklat
13.990,12
94,51
Latosol
813,10
5,49
Total
14.803,22
100,00
Sumber : Adhar (2008)

                Tabel 3 menampilkan bahwa daerah tangkapan air Danau Laut Tawar didominasi oleh jenis tanah Kompleks Podsolik Coklat, yaitu 94,51%. Sisanya sebesar 813,1 Ha (5,49%)  berupa jenis tanah Latosol yang hanya ditemui pada daerah tangkapan air Kebayakan.

2.4. Kedalaman efektif tanah
Kedalaman efektif tanah di daerah tangkapan air Danau Laut Tawar berdasarkan analisis peta kedalaman tanah diperoleh sebanyak 4 (empat) kelas, yaitu kelas A (dalam, >90 cm), B (sedang, 60-90 cm), C (dangkal, 30-60 cm), dan D (sangat dangkal, <30 cm) (Adhar, 2008). Luas masing-masing kelas tersebut seperti disajikan pada Tabel 4.

          Tabel 4 Luas kelas solum tanah daerah tangkapan air Danau Laut Tawar
Kelas
Luas (Ha)
Persentase (%)
A
873,53
5,90
B
2.777,99
18,77
C
1.597,98
10,79
D
9.553,72
64,54
Total
14803,22
100,00
                                             Sumber : Adhar (2008)

Tabel 4 menunjukkan bahwa kedalaman efektif tanah pada daerah tangkapan air Danau Laut Tawar didominasi oleh D dengan solum tanah yang sangat dangkal (<30 cm), dimana luasnya mencapai 64,54 persen. Peta Solum Tanah DTA Danau Laut Tawar ditampilkan pada Gambar 1.


 

Gambar 1. Peta Solum Tanah DTA Danau Laut Tawar
Sumber : Adhar (2008)

2.5. Erodibilitas Tanah
        Resistensi tanah terhadap pengelupasan dan transportasi partikel-partikel  tanah oleh energi kinetik air hujan ditunjukkan oleh nilai indeks erodibilitas tanah. Menurut Adhar (2008) daerah tangkapan air Danau Laut Tawar memiliki 3 klasifikasi erodibilitas tanah, dimana nilainya berkisar antara 0,047 – 0,281, seperti disajikan pada Tabel 5.

             Tabel 5 Klasifikasi nilai erodibilitas tanah (K) daerah tangkapan air Danau Laut Tawar
Luas (Ha)
Kelas
Nilai K
Katagori
2.221,02
1
0,00 – 0,10
Sangat Rendah
2
0,11 – 0,20
Rendah
916,84
3
0,21 – 0,32
Sedang
              Sumber : Adhar (2008)

Tabel 5 menunjukkan sebagian besar tanah di daerah tangkapan air Danau Laut Tawar (78,80 persen) memiliki kelas indeks erodilitas tanah (K) Rendah. Kelas Sangat Rendah hanya 15 persen dan Sedang seluas 6,19 persen dari total luas Daerah Tangkapan Air Danau Laut Tawar. Peta Erodibilitas Tanah DTA Danau Laut Tawar ditampilkan pada Gambar 2.
 
Gambar 2. Peta Erodibilitas Tanah DTA Danau Laut Tawar 
Sumber : Adhar (2008) 

2.6.  Erosi dan Tingkat Bahaya Erosi 
                  Menurut Adhar (2008) daerah tangkapan air Danau Laut Tawar memiliki 5 (lima) klasifikasi tingkat bahaya erosi, yaitu (1) Sangat Ringan (0-SR) sebesar 406,97 Ha, (2) Ringan (I-R) sebesar 2.299,51 Ha, (3) Sedang (II-S) sebesar 218,72 Ha, (4) Berat (III-B) sebesar 610,25 Ha, dan (5) Sangat Berat (IV-SB) sebesar 11.267,77 Ha. Kelas erosi Sangat Berat mendominasi daerah tangkapan air Danau Laut Tawar, yaitu sebesar 76,12 persen dari total luas kawasan tersebut. Peta TBE Kelas Erosi DTA Danau Laut Tawar ditampilkan pada Gambar 3

   
Gambar 3. Peta TBE Kelas Erosi DTA Danau Laut Tawar
Sumber : Adhar (2008)
  
Nilai erosi potensial dan erosi aktual daerah tangkapan air Danau Laut Tawar dapat diamati pada Lampiran 1. Nilai erosi potensial diperoleh dengan tidak memasukkan nilai indeks pengelolaan tanaman dan konservasi tanah, dimana untuk melihat jumlah erosi yang terjadi bila areal tersebut tanpa ditumbuhi vegetasi dan upaya konservasi. Sementara nilai erosi aktual merupakan nilai erosi yang terjadi dengan memperhitungkan pengaruh vegetasi yang memenuhi areal tersebut.
Prediksi nilai erosi tersebut dilakukan dengan menggunakan persamaan USLE. Indeks erosivitas diperoleh berdasarkan pengumpulan data curah hujan kurun waktu 20 tahunan dimana didapat nilai indeks erosivitas sebesar 1.238,15. Analisis data curah hujan selama kurun waktu tersebut diperoleh curah hujan harian rata-rata sebesar 0,55 cm hari-1 (Adhar, 2008).


PREDIKSI LAJU PENDANGKALAN
Pendangkalan suatu tempat dapat terjadi akibat adanya sejumlah tanah yang mengendap di areal tersebut. Pengendapan sejumlah tanah yang lebih dikenal dengan sedimentasi terjadi karena adanya pengangkutan tanah oleh aliran permukaan. Sedimen yang diangkut tersebut merupakan tanah yang dihasilkan oleh proses erosi yang terjadi di hulu. Hal ini sesuai dengan pernyataan Arsyad (1989) bahwa tanah yang tererosi diangkut oleh aliran permukaan akan diendapkan di tempat-tempat aliran air melambat atau berhenti baik di dalam sungai, saluran irigasi, waduk, danau atau muara sungai. Endapan itu akan menyebabkan pendangkalan di tempat tersebut.
Sedimen yang diangkut keluar dari suatu daerah tangkapan air disebut sebagai hasil sedimen. Walaupun suatu areal mengalami erosi, sedimen sebagai produk erosi tidak akan dapat terangkut semuanya sebagai hasil sedimen keluar dari suatu daerah tangkapan air. Menurut Asdak (2008) Hasil sedimen tergantung pada besarnya erosi total di daerah tangkapan air dan tergantung pada transpor partikel-partikel tanah yang tererosi tersebut dari daerah tangkapan air. Produksi sedimen umumnya mengacu pada besarnya laju sedimen yang mengalir melewati satu titik pengamatan tertentu dalam suatu sistem daerah tangkapan air. Tidak semua tanah yang erosi di permukaan daerah tangkapan air akan sampai ke titik pengamatan. Sebagian tanah tererosi tersebut akan terdeposisi di cekungan permukaan tanah, di kaki lereng dan bentuk penampungan sedimen lainnya.
Nisbah jumlah sedimen yang terbawa oleh aliran permukaan dari suatu daerah tangkapan air terhadap jumlah tanah yang tererosi disebut Nisbah Pelepasan Sedimen atau Sediment Delivery Ratio (SDR) (Arsyad, 1989). Hal ini juga sesuai dengan persamaan yang kemukakan oleh Asdak (2004)

D = Y / T ....................................................................................................    (1)

Dimana D adalah nisbah pelepasan sedimen (SDR), Y adalah hasil sedimen, dan T adalah erosi total yang berasal dari daerah tangkapan air. Menurut Robinson (1979) nilai SDR dapat diperoleh berdasarkan luas daerah tangkapan air, seperti disajikan pada Tabel 6.

Tabel 6 Pengaruh luas daerah tangkapan air terhadap SDR
Luas Daerah Tangkapan Air
(km2)
Sediment Delivery Ratio (SDR)
%
0,1
53,0
0,5
39,0
1,0
35,0
5,0
27,0
10,0
24,0
50,0
15,0
100,0
13,0
200,0
11,0
500,0
8,5
2.6000,0
4,9
Sumber : Robinson (1979) dalam Arsyad (1989)

Bila nilai SDR dapat diperoleh berdasarkan luas daerah tangkapan air, maka hasil sedimen suatu kawasan dapat diperkirakan dengan memanfaatkan data nilai erosi total. Nilai erosi total suatu daerah tangkapan air diperoleh berdasarkan perkalian nilai erosi aktual per satuan luas dengan luas daerah tangkapan air tersebut.
Berdasarkan hal tersebut di atas maka dapat diprediksikan laju pendangkalan yang terjadi di Danau Laut Tawar. Laju pendangkalan merupakan banyaknya tanah yang masuk dan mengendap di danau per satuan waktu. Dalam hal ini diasumsikan hasil sedimen yang dihasilkan oleh proses erosi di daerah tangkapan air dianggap sebagai jumlah tanah yang masuk ke danau. Jumlah tanah yang mengendap merupakan selisih antara jumlah tanah yang masuk dengan jumlah tanah yang keluar melalui outlet danau, sehingga dapat dibuat persamaan :

Laju Pengendapan = Qsin - Qsout .................................................................    (2)

Dimana Qsin adalah debit sedimen yang masuk dan Qsout adalah debit sedimen yang keluar melalui outlet danau.
Jumlah tanah yang terangkut dan masuk ke dalam Danau Laut Tawar sebagai hasil sedimen dapat ditentukan berdasarkan nilai erosi yang terjadi pada masing-masing daerah tangkapan air berupa erosi total. Nilai SDR masing-masing daerah tangkapan air ditentukan berdasar luasnya dengan memanfaat tabel yang dikemukakan Robinson (1979), sehingga debit sedimen yang masuk dapat diformulakan :

Qsin = Σ Di x Ti ............................................................................................    (3)

Dimana Di adalah nilai SDR dan Ti adalah erosi total pada masing-masing daerah tangkapan air. Jumlah debit sedimen yang keluar melalui outlet Danau Laut Tawar telah pernah dilakukan pengukuran oleh Adhar (2008) yang mendapat hubungan curah hujan dengan debit sedimen sebagai berikut :

Qsout = 41.17 P 0.17 .....................................................................................    (4)

Dimana Qsout adalah debit sedimen keluar (ton/hari) dan P adalah curah hujan harian (cm hari-1, sebesar 0,55), sehingga untuk mendapatkan nilai debit sedimen tahunan sebagai sedimen yang keluar dari danau adalah :

Qsout = 41.17 P 0.17 x 364..............................................................................   (5)

Bila laju pengendapan dianggap sebagai laju pendangkalan, maka diperoleh persamaan :

LPd = {(Σ Di x Ti) – ((41.17 P 0.17) x 364)} / BD................................................   (6)

Dimana LPd adalah laju pendangkalan (m3/tahun), (Σ Di x Ti) adalah jumlah hasil sedimen pada masing-masing daerah tangkapan air (ton/tahun), P adalah curah hujan harian (cm/hari), dan BD adalah berat jenis tanah (bulk density).
Nilai erosi aktual pada masing-masing daerah tangkapan air Danau Laut Tawar seperti yang sajikan pada Lampiran 1. Perkalian luas daerah tangkapan air dengan nilai erosi aktual akan diperoleh nilai erosi total. Hasil sedimen pada masing-masing daerah tangkapan air akan diperoleh dengan perkalian antara nilai erosi total dengan nilai SDR masing-masing daerah tangkapan air tersebut. Penjumlahan nilai hasil sedimen dari semua daerah tangkapan air Danau Laut Tawar merupakan jumlah tanah per satuan waktu yang terangkut dan masuk ke dalam Danau Laut Tawar. Perhitungan tersebut dapat diamati pada Lampiran 2.
Berdasarkan data hasil sedimen yang diperoleh pada Lampiran 2, maka dapat diprediksi bahwa nilai Qsin adalah 433.826,91 ton/tahun. Setelah disubstitusikan nilai curah hujan sebesar 0,55 cm hari-1 (hasil analisa curah hujan kurun waktu 20 tahunan) diperoleh nilai Qsout sebesar  13.537,67 ton/tahun. Berdasarkan dua nilai tersebut diketahui bahwa hanya 3,12% dari total hasil sedimen yang keluar melalui outlet danau. Sehingga jumlah sedimen yang mengendap di Danau Laut Tawar adalah sebesar 420.289,24 ton/tahun.
Jika diketahui nilai bulk density tanah yang mengendap tersebut maka dapat ditentukan volume danau yang berkurang setiap tahun. Menurut Hardjowigeno (2003) umumnya bulk density tanah berkisar antara 1,1 – 1,6 g/cc. Bila diasumsikan bahwa tanah yang mengendap di Danau Laut Tawar memiliki bulk density sebesar 1,35 g/cc, maka laju pendangkalan Danau Laut Tawar kira-kira sebesar 311.325,37 m3/tahun. Nilai ini menunjukkan bahwa setiap tahunnya Danau Laut Tawar mengalami pengurangan volume sebesar 311.325,37 m3, yang berarti juga mengalami pengurangan deposit air sebesar nilai tersebut.
Bila hal ini dibiarkan berlangsung terus menerus tanpa pengelolaan daerah tangkapan air yang mengikuti kaedah konservasi maka diperkirakan pada suatu saat Danau Laut Tawar akan hilang, dalam pengertian seluruh arealnya akan dipenuhi oleh dataran baru berupa endapan tanah. Namun waktu yang dibutuhkan untuk sampai pada kondisi tersebut belum bisa diprediksikan karena belum diketahui volume danau yang pasti. Hal ini disebabkan belum adanya referensi yang menjelaskan tentang data kedalaman rata-rata danau.
Laju pendangkalan ini dapat diminimalisir dengan mengurangi jumlah erosi tanah yang terjadi di daerah tangkapan air. Pengurangan erosi tanah hanya dapat dilakukan dengan memperkecil nilai indeks faktor-faktor yang mempengaruhi erosi. Faktor-faktor tersebut berupa curah hujan, erodibilitas tanah, panjang dan kelerengan tanah, pengelolaan tanaman dan konservasi tanah.
Langkah yang efektif untuk meminimalisir laju pendangkalan Danau Laut Tawar adalah dengan meningkatkan luasan areal vegetasi penutup (cover crop) dan menghindari terjadinya perubahan penggunaan lahan hutan di daerah tangkapan air. Perlu dilakukan kebijakan yang tegas dari pihak yang berkompeten untuk mengendalikan meluasnya pemukiman baru di kawasan tersebut atau kegiatan lain yang dapat meningkatkan nilai erosi tanah.
Upaya penanaman vegetasi yang sesuai dengan keadaan alam setempat selain dapat memperkecil nilai indeks pengelolaan tanaman dan konservasi tanah (CP) sebagai salah satu faktor yang mendorong erosi juga dapat memperbaiki struktur tanah sehingga memperkecil nilai indeks erodibilitas tanah (K). Hal ini diyakini secara teoritis dapat memperkecil nilai erosi yang pada akhirnya jumlah sedimen yang terangkut ke Danau Laut Tawar akan terminimalisir.
Agar tercapainya maksud upaya pelestarian daerah tangkapan air Danau Laut Tawar Aceh Tengah, pemerintah terutama pemerintah daerah, harus mengambil kebijakan strategis yang tepat untuk merumuskan program pelestarian Danau Laut Tawar. Keberhasilan pelaksanaan program tersebut sangat dipengaruhi oleh keikut-sertaan masyarakat lokal. Pemerintah harus melibatkan semua unsur dan komponen masyarakat. Sehingga upaya tersebut akan berjalan secara konfrehensif dan sinergis antara semua komponen. Kearifan local tidak boleh dikesampingkan, dimana lembaga-lembaga adat perlu diberdayakan sebagai pilar utama pelaksanaan program tersebut.


KESIMPULAN
1.   Danau Laut Tawar mengalami laju pendangkalan sekitar 311.325,37 m3/tahun.
2.   Faktor-faktor yang mempengaruhi erosi daerah tangkapan air ikut berperan dalam mendorong laju pendangkalan Danau Laut Tawar.
3.   Meminimalisir pendangkalan Danau Laut Tawar dapat dilakukan dengan memperluas areal hutan dan menghindari perubahan penggunaan lahan di daerah tangkapan air.
4.   Untuk pelestarian Danau Laut Tawar perlu adanya regulasi pemerintah untuk pengelolaan daerah tangkapan air Danau Laut Tawar dalam suatu program yang melibatkan semua komponen masyarakat secara konfrehensif.
5.   Lembaga adat diharaplan menjadi pilar utama pelaksanaan program pelestarian Danau Laut Tawar.


DAFTAR PUSTAKA
Adhar, S. 2008. Kajian Erosi Daerah Tangkapan Air dan Muatan Sedimen Inflow Danau Laut Tawar Aceh Tengah. Tesis PPs Universitas Syiah Kuala. Banda Aceh.

Ambar, S., Hendrawan., Dahlian & Tabung. 1994. Laporan Analisis Dampak Lingkungan Proyek PLTA Peusangan 1 dan 2. Departemen Pertambangan dan Energi. Jakarta.

Arsyad, S. 1989. Konservasi Tanah dan Air. Penerbit IPB. Bogor.

Asdak, C. 2004. Hidrologi dan Pengelolaan Daerah Aliran Sungai. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.

Badan Pusat Statistik Kabupaten Aceh Tengah. 2002. Aceh Tengah Dalam Angka 2002. Bappeda dan BPS Kabupaten Aceh Tengah. Takengon.

Badan Pusat Statistik Kabupaten Aceh Tengah. 2008. Aceh Tengah Dalam Angka 2008. Bappeda dan BPS Kabupaten Aceh Tengah. Takengon

Hardjowigeno, S. 2003. Ilmu Tanah. Akademika Presindo. Jakarta.

Kartasapoetra, AG., G Kartasapoetra, dan MM Sutedjo. 2000. Teknologi Konservasi Tanah dan Air. Rineka Cipta. Jakarta.

Linsley, Jr, Ray K., MA. Kohler & JH. Paulhus. 1989. Hidrologi untuk Insinyur. Erlangga. Jakarta.

Supriyadi, D. 1997. Peran Hidrologi Hutan Lindung dalam Perencanaan Ekonomi Wilayang, Kasus DAS Citarum Hulu, Jawa Barat. Disertasi PPs IPB. Bogor


                        Lampiran 1
     Tabel Erosi potensial dan aktual pada daerah tangkapan air Danau Laut Tawar

DTA
Luas
Erosi Potensial
Erosi Aktual
Ha
Ton Ha-1 tahun-1
Ton Ha-1 tahun-1
1
Bebesan
250,50
57,69
1,40
2
Peusangan
611,37
2123,87
57,89
3
One-one
122,28
6499,02
135,80
4
Gembirit
1801,42
5506,36
139,23
5
Nempan
2614,11
7732,69
78,09
6
Rawe
1080,80
5432,82
57,05
7
Kalang
200,40
5360,72
89,83
8
Nosar
1104,28
7347,78
85,62
9
Syiah Utama
138,00
6284,10
101,37
10
Mengaya
541,44
5285,43
52,91
11
Bewang
401,55
6416,11
64,23
12
Linung
651,64
3876,42
51,73
13
Kalarengkih
1060,24
4102,39
184,84
14
Wih Menye
269,49
3378,96
43,40
15
Kalasegi
406,09
7059,17
88,37
16
Ulung Gajah
399,63
6307,14
449,62
17
Kebayakan
1600,53
2177,08
151,43
18
A.1
87,47
8131,11
81,31
19
A.2
87,04
9365,12
282,19
20
D
67,79
8809,38
88,09
21
E
78,26
10664,17
106,64
22
F
72,06
9454,46
94,54
23
G
49,65
9769,22
168,76
24
H
130,19
10530,08
124,80
25
I
59,52
8131,11
81,31
26
J
29,70
8809,38
88,09
27
K
35,49
7287,81
210,60
28
L
22,06
4399,02
133,40
29
M
48,12
4440,17
293,90
30
N
57,46
4845,79
352,83
31
O
40,27
4098,31
141,03
32
P
37,28
9766,20
97,66
33
Q
60,48
8131,11
81,31
34
R
92,79
5717,87
57,18
35
S
34,87
9454,46
94,54
36
T
85,43
6267,56
62,68
37
U
54,58
6934,96
69,35
38
V
74,64
6707,27
67,07
39
W
38,23
6726,98
67,27
40
X
138,33
7154,50
71,54
41
Y
37,59
6644,67
66,45
42
Z
30,15
4890,62
48,91

                     Sumber : Adhar (2008)


                                  Lampiran 2
                     Tabel Prediksi hasil sedimen daerah tangkapan air Danau Laut Tawar
No
DTA
SDR
Erosi Aktual
Erosi Total
Hasil Sedimen
%
Ton/Ha/Thn
Ton/Thn
Ton/thn
1
Bebesan
53.00
1.4
 350.70
 185.87
2
Peusangan
27.00
57.89
 35,392.21
 9,555.90
3
One-one
35.00
135.8
 16,605.62
 5,811.97
4
Gembirit
24.00
139.23
250,811.71
 60,194.81
5
Nempan
24.00
78.09
 204,135.85
 48,992.60
6
Rawe
24.00
57.05
 61,659.64
 14,798.31
7
Kalang
35.00
89.83
 18,001.93
 6,300.68
8
Nosar
24.00
85.62
 94,548.45
 22,691.63
9
Syiah Utama
35.00
101.37
 13,989.06
 4,896.17
10
Mengaya
27.00
52.91
 28,647.59
 7,734.85
11
Bewang
27.00
64.23
 25,791.56
 6,963.72
12
Linung
27.00
51.73
 33,709.34
 9,101.52
13
Kalarengkih
24.00
184.84
 195,974.76
 47,033.94
14
Wih Menye
35.00
43.4
 11,695.87
 4,093.55
15
Kalasegi
27.00
88.37
 35,886.17
 9,689.27
16
Ulung Gajah
27.00
449.62
179,681.64
48,514.04
17
Kebayakan
24.00
151.43
242,368.26
58,168.38
18
A.1
35.00
81.31
7,112.19
2,489.26
19
A.2
35.00
282.19
24,561.82
8,596.64
20
D
39.00
88.09
5,971.62
2,328.93
21
E
39.00
106.64
8,345.65
3,254.80
22
F
39.00
94.54
 6,812.55
2,656.90
23
G
39.00
168.76
8,378.93
3,267.78
24
H
35.00
124.8
16,247.71
5,686.70
25
I
39.00
81.31
4,839.57
1,887.43
26
J
39.00
88.09
2,616.27
1,020.35
27
K
39.00
210.6
7,474.19
2,914.94
28
L
53.00
133.4
2,942.80
1,559.69
29
M
39.00
293.9
14,142.47
5,515.56
30
N
39.00
352.83
20,273.61
7,906.71
31
O
39.00
141.03
5,679.28
2,214.92
32
P
39.00
97.66
3,640.76
1,419.90
33
Q
39.00
81.31
4,917.63
1,917.88
34
R
35.00
57.18
5,305.73
1,857.01
35
S
39.00
94.54
3,296.61
1,285.68
36
T
35.00
62.68
5,354.75
1,874.16
37
U
39.00
69.35
 3,785.12
 1,476.20
38
V
39.00
67.07
 5,006.10
 1,952.38
39
W
39.00
67.27
 2,571.73
 1,002.98
40
X
35.00
71.54
 9,896.13
 3,463.64
41
Y
39.00
66.45
 2,497.86
 974.16
42
Z
39.00
48.91
 1,474.64
   575.11

Jumlah


1,632,396.10
 433,826.91
                                   Sumber : Analisis data (2009)