Menurut Linsley et al (1989) erosi dipengaruhi oleh curah hujan, tumbuh-tumbuhan yang menutupi tanah, jenis tanah, dan kemiringan tanah. Asdak (2004) menyatakan empat factor utama yang dianggap terlibat dalam proses erosi, yaitu iklim, sifat tanah, topografi, dan vegetasi penutup tanah. Selain factor-faktor tersebut, menurut Kartosapoetra (2000) factor kegiatan manusia juga merupakan factor yang mempengaruhi erosi.
1. Iklim
Pengaruh iklim terhadap erosi bersifat langsung dan tidak langsung. Tiga factor iklim yang mempengaruhi erosi adalah
presipitasi, suhu, dan angin. Presipitasi merupakan yang terpenting, terutama hujan untuk daerah tropika basah seperti Indonesia. Pengaruh langsung melalui tenaga kinetis air hujan, terutama intensitas dan diameter butiran air hujan. Menurut Soemarto (1995) hujan dengan intensitas rendah jarang menyebabkan erosi, tetapi hujan yang lebat dengan periode yang pendek atau panjang dapat menyebabkan adanya limpasan permukaan yang besar dan kehilangan tanah. Sifat curah hujan yang mempengaruhi erosivitas dipandang sebagai energi kinetik butir-butir air hujan yang menumbuk permukaan tanah.Hujan yang intensif dan berlangsung dalam waktu pendek, erosi yang terjadi biasanya lebih besar daripada hujan dengan intensitas lebih kecil dengan waktu hujan lebih lama. Menurut Linley et al (1989) hempasan percikan air hujan melepaskan partikel–partikel tanah yang pada tanah datar, partikel-partikel tersebut disebarkan lebih kurang secara merata ke segala jurusan, tetapi pada tanah yang miring terjadi pengangkutan ke bawah searah lereng Apabila terjadi aliran permukaan, sebagian partikel yang jatuh akan terbawa dalam air yang mengalir dan bahkan bergerak lebih jauh ke bawah sebelum berhenti di atas permukaan tanah. Pengaruh tidak langsung ditentukan melalui pengaruhnya terhadap pertumbuhan vegetasi. Menurut Asdak (2004) kondisi iklim yang sesuai (fluktuasi suhu kecil dengan curah hujan merata), vegetasi dapat tumbuh secara optimal, sedangkan daerah dengan perubahan iklim besar pertumbuhan vegetasi terhambat oleh tidak memadainya intensitas hujan.
2. Sifat tanah
Asdak (2004) menyatakan ada empat sifat tanah yang penting dalam menentukan erodibilitas tanah, yaitu :
(a) Tekstur tanah, berkaitan dengan ukuran dan porsi partikel tanah. Terdapat tiga unsur utama tanah, yaitu pasir (sand), debu (silt), dan liat (clay). Tanah dengan unsur utama liat, ikatan antar partikel tergolong kuat, sehingga tidak mudah tererosi. Tanah dominan unsur pasir (tekstur kasar) kemungkinan terjadi erosi rendah karena laju infiltrasi besar, sehingga menurunkan laju air larian. Tanah dengan unsur utama debu dan pasir lembut serta sedikit unsur organik memberi kemungkinan lebih besar terjadinya erosi.
(b) Unsur organik, cenderung memperbaiki struktur tanah dan bersifat meningkatkan permeabilitas tanah, kapasitas tampung air tanah, dan kesuburan tanah. Kumpulan unsur organik di atas permukaan tanah dapat menghambat kecepatan air larian sehingga menurunkan potensi erosi.
(c) Struktur tanah, susunan partikel tanah yang membentuk agregat. Struktur tanah mempengaruhi kemampuan tanah menyerap air tanah. Struktur tanah granuler dan lepas mempunyai kemampuan besar meloloskan air larian sehingga menurunkan laju air larian dan memacu pertumbuhan tanaman.
(d) Permeabilitas tanah, menunjukkan kemampuan tanah dalam meloloskan air. Struktur, tekstur, dan unsur organik ikut menentukan permeabilitas tanah. Tanah dengan permeabilitas tinggi menentukan laju infiltrasi sehingga menurunkan laju air larian.
Menurut Linsley et al (1989) tanah kohesif lebih tahan terhadap erosi percikan daripada tanah berbutir lepas. Umumnya erosi percikan meningkat dengan bertambah fraksi pasir dalam tanah akibat hilangnya kohesi. Erosi percikan berkurang dengan bertambahnya persentase agregat yang tahan air. Tanah yang butirannya tidak mempunyai tendensi untuk membentuk agregat akan bererosi lebih mudah daripada tanah yang mempunyai banyak agregat.
3. Topografi
Linsley (1989) menyebutkan laju erosi lebih besar pada lereng yang curam. Kecepatan aliran permukaan meningkat dan gerakan tanah lebih mungkin terjadi pada daerah curam. Semakin pendek lereng semakin cepat material tererosi mencapai sungai, tetapi hal ini diimbangi oleh debit dan kecepatan aliran permukaan yang meningkat dengan bertambah panjang lereng.
Asdak (2004) menyatakan kecepatan air larian yang besar ditentukan oleh kemiringan lereng yang tidak terputus dan panjang serta terkonsentrasi pada saluran sempit yang berpotensi terjadinya erosi alur dan erosi parit. Lereng bagian bawah lebih mudah tererosi daripada lereng bagian atas karena momentum dan kecepatan air larian lebih besar dan terkonsentrasi ketika mencapai lereng bagian bawah. Arsyad (1989) juga mengatakan kekuatan perusak air yang mengalir di atas permukaan tanah akan semakin besar dengan semakin curam dan panjang lereng permukaan tanah.
4. Vegetasi penutup tanah
Pengaruh vegetasi penutup terhadap erosi adalah (a) melindungi permukaan tanah dari tumbukan air hujan, (b) menurunkan kecepatan air larian, (c) menahan partikel tanah pada tempatnya, (d) mempertahankan kemantapan kapasitas tanah dalam menyerap air. Semakin rendah dan rapat tumbuhan bawah semakin efektif pengaruh vegetasi melindungi permukaan tanah terhadap ancaman (Asdak, 2004).
Tumbuhan memberi perlindungan penting terhadap erosi dengan menyerap energi jatuh air hujan dan biasanya mengurangi ukuran butir air hujan yang mencapai tanah. Tumbuhan juga memberikan perlindungan mekanis pada tanah terhadap erosi selokan. Tanah yang diselimuti tumbuhan dengan baik umumnya menambah kapasitas infiltrasi melalui penambahan bahan organik pada tanah. Kapasitas infiltrasi yang lebih tinggi berarti mengurangi aliran permukaan sehingga memperkecil erosi.
5. Aktivitas Manusia
Tataguna lahan oleh manusia merupakan faktor penting dalam menetapkan laju erosi. Cara bercocok tanam atau kegiatan lain yang tidak sesuai kaedah konservasi dapat memperbesar erosi, merupakan perlakuan negatif. Perlakuan positif dapat ditunjukkan berupa tindakan konservasi yang baik sehingga dapat memperkecil kehilangan tanah akibat erosi (Linsley et al 1989). Kegiatan manusia selain dapat mempercepat erosi karena perlakuan negatif, dapat pula memegang peranan penting dalam usaha pencegahan erosi yaitu dengan perlakuan potitif (Kartasapoetra 2000).
Daftar Pustaka
Arsyad, S. 1989. Konservasi Tanah dan Air. Penerbit IPB. Bogor.
Asdak, C. 1995. Hidrologi dan Pengelolaan Daerah Aliran Sungai. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.
Kartasapoetra, AG., G Kartasapoetra, dan MM Sutedjo. 2000. Teknologi Konservasi Tanah dan Air. Rineka Cipta. Jakarta.
Linsley, Jr, Ray K., MA. Kohler & JH. Paulhus. 1989. Hidrologi untuk Insinyur. Erlangga. Jakarta.
Soemarto, C.D, 1995, Hidrologi Teknik, Erlangga, Jakarta.